Aktivitas nge-blog bagi sebagian orang mungkin masih terasa asing. Untuk Apa sih? Apanya sih yang asyik? Saya bahkan sempat heran kepada kawan saya yang secara aktivitas bisa dibilang sibuk, tetapi hampir tiap hari ia selalu menyempatkan memperbarui blognya dengan tulisan terbaru. Dan bukan sembarang tulisan, tulisannya bernilai. Bagaimana dia bisa melakukannya? Apa yang membuatnya mampu seproduktif itu? Itu pula pertanyaan saya dahulu.
Tulisan ini tidak saya tujukan untuk semata menjelaskan hal itu, tetapi sebenarnya lebih berfokus mengenai tujuan saya sendiri menggeluti aktivitas nge-blog. Baiklah, saya akan sedikit bercerita. Saya mulai nge-blog di multiply sekitar pertengahan tahun 2008. Awalnya hanya ikut-ikutan. Saya mulai membuat tulisan dan mempostingnya di blog. Tak dinyana, ternyata artikel saya tersebut mendapat respons. Tulisan saya dibaca! Dan itu artinya, ada peluang bagi pembacanya untuk mnedapatkan manfaat dari tulisan saya tersebut. Saya lantas mulai membuat tulisan demi tulisan. Saya sangat tahu bahwa pada watu itu penguasaan aturan tata bahasa saya masih kacau. Tetapi semangat menulis dan berbagi rupanya tak mengizinkan saya berhenti dari aktivitas ini.
Semenjak itu tulisan demi tulisan saya hasilkan, dan seiring dengan seringnya saya menulis, ide demi ide serasa mengalir begitu saja. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dan dialami oleh orang-orang di sekitar saya ataupun saya alami sendiri seolah menjadi bahan tulisan yang tak pernah habis dibahas. Saya menyadari satu hal bahwa menulis membuat kita lebih peka terhadap fenomena di sekitar kita. Karena dalam proses menulis, secara otomatis akan terjadi proses perenungan dan pengendapan pikiran. Dan bukankah proses perenungan yang dilakukan berulang-ulang akan membuat seseorang menjadi lebih peka? Kepekaan seseorang bisa saja memudar, dan menulis (berbagi di blog) adalah salah satu cara mempertahankan dan mengasah kepekaan.
Dan dari kepekaanlah sebuah peristiwa yang mungkin sederhana, akan memiliki arti yang sangat mendalam. Selalu ada perspektif lain dari sebuah kejadian. Dari situlah lahirnya ilmu dan hikmah. Dan bukankah Ali bin Abi Thalib r.a. berpesan, ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
Maka selain merupakan aktivitas bersosialisasi, ngeblog juga merupakan aktivitas berbagi. Karena dengan menampilkan tulisan kita di blog, orang dapat membacanya, dan jika itu memberikan nilai tambah bagi pembacanya, itu adalah hakikat berbagi itu sendiri. Orang-orang merasakan manfaat dengan membaca tulisan kita. Dan bukankah manusia terbaik itu adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya?
Dalam hal ini, saya teringat petuah bijak Ibnu Al-Jauzi, "Dengan lisan aku hanya bisa menyampaikan ilmu hanya kepada sejumlah orang, sedangkan dengan tulisan aku dapat menyampaikanya kepada orang yang tidak terbatas yang hidup sesudahku." Ini artinya, jika kita menampilkan tulisan yang baik, yang bermanfaat, yang mengarahkan manusia pada kebaikan, kedekatan kepada Rabbnya, dan bukankah ini salah satu aset jariyah yang senantiasa mengalir pahalanya?
“Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR. Muslim, No. 2674).
Maka, tunggu apalagi? Segeralah menulis dan mempublikasikannya agar orang-orang yang membacanya dapat mengambil manfaat.
Tulisan ini tidak saya tujukan untuk semata menjelaskan hal itu, tetapi sebenarnya lebih berfokus mengenai tujuan saya sendiri menggeluti aktivitas nge-blog. Baiklah, saya akan sedikit bercerita. Saya mulai nge-blog di multiply sekitar pertengahan tahun 2008. Awalnya hanya ikut-ikutan. Saya mulai membuat tulisan dan mempostingnya di blog. Tak dinyana, ternyata artikel saya tersebut mendapat respons. Tulisan saya dibaca! Dan itu artinya, ada peluang bagi pembacanya untuk mnedapatkan manfaat dari tulisan saya tersebut. Saya lantas mulai membuat tulisan demi tulisan. Saya sangat tahu bahwa pada watu itu penguasaan aturan tata bahasa saya masih kacau. Tetapi semangat menulis dan berbagi rupanya tak mengizinkan saya berhenti dari aktivitas ini.
Semenjak itu tulisan demi tulisan saya hasilkan, dan seiring dengan seringnya saya menulis, ide demi ide serasa mengalir begitu saja. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dan dialami oleh orang-orang di sekitar saya ataupun saya alami sendiri seolah menjadi bahan tulisan yang tak pernah habis dibahas. Saya menyadari satu hal bahwa menulis membuat kita lebih peka terhadap fenomena di sekitar kita. Karena dalam proses menulis, secara otomatis akan terjadi proses perenungan dan pengendapan pikiran. Dan bukankah proses perenungan yang dilakukan berulang-ulang akan membuat seseorang menjadi lebih peka? Kepekaan seseorang bisa saja memudar, dan menulis (berbagi di blog) adalah salah satu cara mempertahankan dan mengasah kepekaan.
Dan dari kepekaanlah sebuah peristiwa yang mungkin sederhana, akan memiliki arti yang sangat mendalam. Selalu ada perspektif lain dari sebuah kejadian. Dari situlah lahirnya ilmu dan hikmah. Dan bukankah Ali bin Abi Thalib r.a. berpesan, ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
Maka selain merupakan aktivitas bersosialisasi, ngeblog juga merupakan aktivitas berbagi. Karena dengan menampilkan tulisan kita di blog, orang dapat membacanya, dan jika itu memberikan nilai tambah bagi pembacanya, itu adalah hakikat berbagi itu sendiri. Orang-orang merasakan manfaat dengan membaca tulisan kita. Dan bukankah manusia terbaik itu adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya?
Dalam hal ini, saya teringat petuah bijak Ibnu Al-Jauzi, "Dengan lisan aku hanya bisa menyampaikan ilmu hanya kepada sejumlah orang, sedangkan dengan tulisan aku dapat menyampaikanya kepada orang yang tidak terbatas yang hidup sesudahku." Ini artinya, jika kita menampilkan tulisan yang baik, yang bermanfaat, yang mengarahkan manusia pada kebaikan, kedekatan kepada Rabbnya, dan bukankah ini salah satu aset jariyah yang senantiasa mengalir pahalanya?
“Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR. Muslim, No. 2674).
Maka, tunggu apalagi? Segeralah menulis dan mempublikasikannya agar orang-orang yang membacanya dapat mengambil manfaat.